Emotional Branding vs Rational Branding

Halo, Sobat Tech! Tahukah kamu, tujuan dari suatu merek biasanya untuk menginformasikan dan menarik konsumen tentang suatu perusahaan dan produk atau jasanya. Dan dalam hal daya tarik, perusahaan dapat memilih antara teknik branding yang emosional dan rasional. Banyak yang lebih suka menggunakan kedua teknik tersebut untuk mendapatkan lebih banyak dukungan pelanggan, yang dapat menghasilkan penarikan kembali merek dan pada akhirnya penjualan. Meskipun daya tarik emosional dan rasional sering digunakan bersama-sama, perbedaannya belum dapat diidentifikasi.



Apa Sih, Perbedaan Emotional Branding dan Rational Branding?

Singkatnya, teknik emosional branding menarik emosi konsumen. Di sisi lain, strategi branding yang kredibel menekankan pada keunggulan suatu produk atau jasa untuk mendorong konsumen mencobanya. Misalnya, salah satu pendekatan emosional yang paling umum digunakan dalam branding adalah testimoni dari pelanggan sebelumnya yang telah mencoba suatu produk atau layanan. Pada saat yang sama, pendekatan rasional sering kali menunjukkan cara menggunakan produk, daripada mengandalkan pengalaman orang yang telah mencobanya.


Daya Tarik Penempatan Produk

Meskipun merek emosional dan rasional bertujuan untuk menghadirkan produk atau layanan kepada konsumen, keduanya berbeda dalam hal penempatan produk. Bagi mereka yang menggunakan daya tarik emosional, mereka biasanya menunjukkan pelanggan berinteraksi dengan karyawan yang membantu. Sebaliknya, menurut branding yang masuk akal, produk selalu menjadi pusat setiap iklan. Menariknya juga terdapat perbedaan pada elemen visual yang digunakan. Warna-warna yang digunakan dalam teknik ketertarikan emosional adalah lembut dan hangat. Pada saat yang sama, warna yang lebih berani dan cerah lebih populer bagi pengguna dengan daya tarik rasional.


Contoh Nyata Emotional dan Rational Branding

Untuk melihat perbedaan antara emosional dan rasional branding, Yuk perhatikan  contoh berikut!
Nike terkenal dengan slogan "Just Do It", namun inti pesan pemasaran mereka tidak terlalu bergantung pada atlet terkenal dan lebih banyak mengandalkan pria biasa. Pada tahun 2012, mereka fokus pada "Find Your Greatness", di mana rata-rata pria muda berlari untuk mendapatkan bentuk tubuh. Kampanye 'Bangkit dan Bersinar' mereka menyoroti semua alasan dan dalih yang kita berikan karena tidak bisa berolahraga, mendorong kita untuk 'berlari sedikit lebih cepat' dan 'melempar sedikit lebih keras'. Iklan cetak lainnya menampilkan kata-kata "Satu-satunya batasan adalah Anda". Namun, Nike bukan satu-satunya perusahaan yang menarik hati. Nah, ini merupakan contoh dari Emotional Branding. 
Contoh lainnya adalah Continental Airlines mencoba mengiklankan layanannya dengan bijaksana. Dengan slogan yang langsung pada intinya: "Lebih banyak maskapai penerbangan yang menghasilkan uang", perusahaan ini berusaha menarik lebih banyak orang untuk mencoba layanannya. Mereka mendapat dukungan untuk ide sederhana ini. Akhirnya, salah satu agensi mengubahnya menjadi "Word Hard. Terbang ke kanan", yang memberi tahu klien bahwa Anda bekerja keras dan pantas untuk terbang dengan cara yang benar. Tampaknya, mereka berubah dari strategi rasional menjadi strategi emosional.

Salma Violeta

Reading, travelling, and culinary. I’m here to learn new things and share my own experience.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama